TANTRUM


Tantrum (atau tantrum temper) adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan. Kendali fisik bisa hilang, orang tersebut mungkin tidak dapat tetap diam, dan bahkan jika "tujuan" orang tersebut dipenuhi dia mungkin tetap tidak tenang (Wikipedia, terjemahan bebas).

Terkait dengan definisi di atas, ada ungkapan yang sering kita dengar dalam bahasa asing yang intinya kurang lebih seperti ini: "Janganlah bingung antara kepribadianku dan sikapku, kepribadianku adalah tentang siapa aku, sedangkan sikapku adalah tergantung bagaimana caramu memperlakukanku".
Keren euy, tapi, ketika kita mengatakan bahwa sikap kita tergantung bagaimana orang lain memperlakukan kita, bukankah ini seperti kita membiarkan orang lain mengontrol diri kita?. Saya pokoknya akan begini kalau kamu seperti itu.Tak ayal, ini mirip dengan cermin yang akan memantulkan apapun yang nampak padanya, namun sekali hamtam, ia akan rusak. Berbeda halnya bila kita ambil pengandaian sebuah gunung, ia begitu kokoh, tak goyah biar bagaimanapun kita memperlakukannya. Alih-alih kita mencoba merubuhkannya, malah justru kita sendirilah yang akan tersungkur.

Jadi, kita bisa memilih,
Mata dibalas mata dan seisi dunia akan menjadi gelap gulita.
Atau,
Sederhananya, berikan saja pipi yang lainya.

Tentu, pilihan yang kedua dirasa cukup menyakitkan, seolah-olah kita telah kalah. Tapi, hei, kita tidak perlu menunduk serendah mungkin pada seseorang yang telah menyinggung harga diri kita. Kita juga tidak perlu berkompromi dengan standar dan nilai-nilai luhur yang kita miliki. Tetaplah belajar untuk menjadi orang yang bermurah hati. Jika seseorang memperlakukan kita dengan buruk, itu adalah pilihan/ cara yang ingin mereka tunjukan. Sikap kita, tetaplah independen dan teguh, itulah cara kita seharusnya.

Ah, ngomong sih gampang, giliran prakteknya belum tentu. Ya ayo belajar (manusiawi banget), seperti iman yang bisa naik turun, demikian juga sikap kita. BEJO BEJANE WONG KANG LALI, LUWIH BEJO WONG KANG ELING LAN WASPODO.
"Kita mungkin bukanlah orang yang sempurna,namun ketidaksempurnaan dalam diri kita itulah yang sebenarnya membuat segala yang kita miliki saat ini terasa lebih bermakna dan berharga".
So next time someone complains that you have made a mistake, tell them that may be a good thing. Because without imperfection, neither you nor I would exist (Into The Universe with Stephen Hawking :2010).

Jakarta, 25 April 2017
Tri Yulianto
RS Mata Aini Prof. Dr. Isak Salim,
Setiabudi - Jakarta Selatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akexithymia

Daftar Sementara Bloger Mahasiswa Psi. Sosial & OD

Interviewer Vs Interviewee