Keberhasilan = Kemampuan X Usaha X Sikap Mental Positif

Setidaknya itu adalah salah satu rumus kehidupan dari buku yang sempat saya baca, sebuah karya dari salah satu pebisnis real estate di Jakarta. Awalnya buku itu teronggok di sudut meja kerja tanpa terpikir untuk membacanya, ah terlalu tebal dan biasanya saya kurang suka dengan otobiografi. Buku bersampul merah dengan latar foto yang empunya (Ir. Bambang Soemantri: Jalan Kesuksesan Hidup) rupanya secara curang telah menyihir saya untuk membacanya, barangkali memang logo perusahaan yang mirip huruf Tionghoa itu ada sisi magisnya, dan buktinya saya menjadi salah satu yang tersihir itu.
Apa enaknya membaca otobiografi, di kamar bahkan ada sederet buku serupa, misalkan saja karya T.P. Rachmat, Jacob Oetama, Si Anak Singkong, dan Sebutir Telur karya pak Soekarjo. Isinya sama, rata-rata bercerita tentang nilai-nilai hidup dan ketekunan. Tetapi, sebagai buku otobiografi pertama, pemikiran pak Soemantri agaknya mempengaruhi arah gerak pemikiranku.
Kala itu, pak Soemantri menjabarkan bahwa rumus untuk menjadi sukses salah satunya adalah Sikap Mental Positif. Dan entah mengapa sikap mental inilah yang akhirnya mempertemukanku kelak dengan kajian-kajian Psikologi, sebuah cabang ilmu yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Meskipun pada akhirnya toh kajian Psikologi yang saya tekuni berbeda dengan pandangan orang pada umumnya yang memandang bahwa ilmu ini melulu mempelajari gangguan jiwa, padahal ada kok ilmu Psikologi yang konsen di ranah industri dan organisasi (saya) dan cabang lainya sepert pendidikan dan sosial.
Sikap mental positif adalah sikap mental psikologis yang membangkitkan rasa keberhasilan melalui sifat optimistik. Saya ingat betul dahulu sering kali menggunakan penguatan batin seperti: “saya percaya ...”, “Saya sudah berbuat yang terbaik, sekarang biarkan rencana Tuhan yang bekerja”. Sikap-sikap seperti inilah yang acapkali saya gunakan pada diri sendiri maupun saat praktik-praktik konseling kepada sahabat, sepupu, dan orang lain. Lambat laun, terkadang saya berpikir bahwa saya sudah berkembang sejauh ini.
Betapa bahagianya bahwa buah dari usaha dan kemampuan itu telah dibayar dengan manis. Bahkan seorang kawan pernah memberikan nasihat bahwa Tuhan tidak akan pernah menghianati hasil yang telah kita usahakan. Dan benar, sikap mental positif itu telah bermetamorfosis menjadi sebuah framing dari orang-orang yang saya kenal yang menyiratkan bahwa saya telah berkembang ke arah yang lebih baik.
Tentu, ini bukan tentang riya atau pamer, ini adalah sebuah pencapaian dan apresiasi. Dan sifat sebuah kehidupan, tatkala kita telah menyelesaikan sebuah pertandingan maka akan selalu ada pertandingan-pertandingan selanjutnya (a race without a finish line). Hidup adalah juga tentang kesiapan diri melakukan perubahan, menerima kekurangan dan melakukan perbaikan tanpa menunggu kesalahan/ judgemental itu muncul.
Setiap individu, dalam mengarungi kehidupan pada umumnya berupaya mengejar sesuatu yang sering kita sebut sebagai aktualisasi diri, suatu proses yang berlangsung terus menerus dan tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai/ statis. Terkadang untuk melaluinya akan sangat menguras energi dan menyakitkan. Carl Rogers (tokoh Psikologi), menjabarkan bahwa orang dapat dikatakan berfungsi sepenuhnya bila ia memiliki 5 (lima) sifat pada dirinya.
Yang pertama, dikatakan bahwa orang berfungsi sepenuhnya bila ia terbuka pada pengalaman baru, berani mengabil sebuah tindakan. Semakin ia terpapar pada situasi baru semakin luas ia merasakan pengalaman/ sensasi yang baik. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.
Yang kedua adalah kehidupan eksistensial, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu, ada kegembiraan karena setiap pengalaman tersingkap.
Ketiga adalah kepercayaan terhadap organisme orang itu sendiri, roger mengatakan: “Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya”.
Keempat adalah perasaan bebas, Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Dan yang kelima atau terakhir adalah kreativitas. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang – sebagaimana dikemukakan Rogers – yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka. Mereka bertingkah laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitar mereka.
Siapkah anda berproses menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya?.

Tri Yulianto
RS Mata Aini Prof. Dr. Isak Salim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akexithymia

Daftar Sementara Bloger Mahasiswa Psi. Sosial & OD

Interviewer Vs Interviewee