Interviewer Vs Interviewee

Barangkali menjadi tanggung jawab moral bagi seorang interviewer bila mendapati kandidat yang mereka wawancara jauh dari kata ideal, interviewer lantas berupaya memberikan sedikit tips/ saran untuk bagaimana para kandidat dapat mempersiapkan diri dalam proses rekrutmen nantinya. Kita memang menyadari bahwa kandidiat tersebut tidak cocok dg karakteristik yang diharapkan oleh perusahaan ini, tetapi siapa tahu nasihat kita menjadi inspirasi mereka untuk melakukan "change" dan membuka diri lebih luas.

Salah satu hal yang menarik adalah ketika kami mendapati kandidat yang minim pengalaman (fresh grad) di mana memiliki mimpi yang besar dan harapan yang tinggi, terutama penghasilan. Tapi dek, semua itu butuh proses. Adek juga harus menyadari betapa banyak kandidat lain yang melamar untuk posisi yang sama. Kadangkala mereka datang dengan membawa standar yang jauh dari standar kami, mungkin mereka telah melakukan komparing dg biaya hidup atau level pendidikan yang setingkat (gambaran ideal). Lantas, standar kami masuk tidak?. Jawabanya kadang masuk, kadang tidak.

Setelah didapatkan kecocokan, akhirnya beberapa kandidat kita terima bekerja. Mereka bersyukur dan mengucapkan terimakasih telah diberi kesempatan. Beberapa sampai menghubungi via japri dan memohon agar diterima. Lalu, tak butuh waktu lama beberapa diantara mereka kabur entak ke mana (termasuk yang memohon-mohon). Pesan saya kepada mereka di setiap orientasi maupun bimbingan konseling (pertemuan HRD) selalu menekankan kerja yang memberi "added value" bagi hidup mereka. Saya tanamkan nasihat Buya Hamka tentang esensi kerja dan memberi keteladanan, membangun kemauan, serta memberi dorongan agar mereka bekerja dengan hati (wejangan Ki Hajar D.).

Mencari kerja itu sulit, yang mudah itu barangkali daftar Gojek (itu pun sekarang selektif). Setelah mendapatkan pekerjaan, anda juga butuh waktu untuk dihargai orang/rekan kerja (Kompetensi; skill, knowledge, dan behaviour). Saya tekankan kepada mereka, minimal ya dek ya, tiga tahunlah anda bekerja secara terus-menerus di satu perusahaan, baru anda dapat dikatakan memiliki pengalaman yang cukup. Jangan setahun-setahun lalu pergi, tak elok pun tak memiliki pengalaman yang cukup. Di tempat lain juga sulit untuk dihargai karena masih minim pengalaman. Kalian harus pandai dalam menyusun tujuan jangka panjang, sebuah resolusi yang perlu anda miliki. Syukur-syukur anda dilatih ketrampilan khusus, ndak masalah diberikan ikatan dinas lha wong anda beruntung dikembangkan dan setidaknya selama ikatan dinas anda ndak akan jadi pengangguran kok. Kalau biaya sendiri belum tentu anda sanggup, biayanya juga mahal.

Itu lah barangkali pengalaman menarik sebagai interviewer, barangkali benar bahwa salah satu tujuan kita menjalani hidup adalah memuliakan sesama dan saling menasehati. Terlebih, karena saya menyukai pekerjaan ini. Menggunakan kapasitas saya sebagai Psikolog untuk menginspirasi dan menularkan kebaikan, mencerahkan jalan yang berkabut untuk adik-adik kita yang masih merintis karir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akexithymia

Daftar Sementara Bloger Mahasiswa Psi. Sosial & OD