TEROR MUKENA POCONG di MALAM JUM'AT
Alkisah disuatu tempat antah berantah (baca: rumah saya ) , nyokap, bokap dan
adek yang waktu itu masih musuh bebuyutan (Edi nyadar tidak ya kalau kita
sering bertengkar) ngikut pergi entah kemana ( saya lupa, intinya rumah saya kosong
dan saya sendirian dirumah). Saat itu tuh masih sama hebohnya seperti sekarang
ini, ada geng-geng-an segala. malah rumah saya jadi sasaran basecamp teman-teman mumpung rumah sepi. Alhasil rumah
saya mirip adegan pesta narkoba level 3 , nah bayangin saja......kamar saya
diacak-acak gerombolan tikus rawa (menggambarkan teman-teman saya yang super
duper payah; oprekk-oprek kamar). Ada yang nyetel musik, cetak-cetekin lampu ala-ala
diskotik, ketawa ketiwi main kartu remi........aih, pokoknya kalau saat itu
nyokap tau mah matee deh saya.
Setelah beberapa saat main di dalam rumah, saya dan teman-teman merasa bosan
dengan keadaan saat itu. Akhirnya kami memiliki ide gila untuk ngerjain
temen-temen geng lain yang ngumpul di salah satu rumah deket rumah saya juga. Rencana kami susun dan mulai beraksi. Saya ambil mukena milik nyokap, dan tidak
tanggung-tanggung dua buah sekaligus. Itu mukena kan putih, jadi sesuai
dengan rencana kami. Tak lupa saya mengambil bedak milik nyokap untuk mendukung
performa saya dan teman-teman malam itu. Simpel, tapi penuh intrik. Bukan mau mangkal ya, sumpah
bukan loh tapi memang sudah dapet pesenan, wkwkwkwk ( becanda deh ).
Selang beberapa saat, saya dan teman saya (sebut aja inisialnya Emen)
langsung tuh memakai mukena dan wajah kami dibedakin agar bergaya ala-ala
pocong (silahkan dibayangkan; bahkan saya sendiri tidak berani menatap wajah
saya di cermin haha). Ditemenin dua orang lainya , kami berempat jingkrak-jingkrak
menuju rumah target. Suasana tuh sepi (saya kira sekitar pukul 01.00 pagi),
gelap dan diiringi remang-remang cahaya bulan purnama (saat itu desa kami masih
minim lampu penerangan). Sesampainya disamping rumah target (kebetulan tidak
tinggi pagernya), saya menyuruh teman saya untuk mengetok jendela ruang tamu di
mana mereka berkumpul dan bercengkrama.
Action :
Suasana rumah target saat itu masih ramai , lalu si Emen melancarkan
aksinya dengan mengetuk jendela 'Tok....'Tok....'Tok. Selesai
itu, si Emen langsung melancarkan aksi berikutnya alias ngibrit kabur. Tak
perlu menunggu waktu lama, pintu rumah dibuka oleh mereka (target) , dan sesuai
rencana...kosong ..... tidak ada apa-apa bahkan jejak yang kami tinggalkan pun
nihil. Saya menggerutu iseng “dasar dodol... orang yang diketok jendela malah
yang dibuka pintu”. Mereka pun kemudian asik bercanda ria lagi (sebenernya sih
saya yakin mereka sudah mulai parno).
Berikutnya giliran saya yang beraksi, saya mengikuti jejak si Emen dengan
mengetuk jendela rumah target dengan agak keras ' Tok.......'Tok......'Tok. Lalu saya juga ngibrit lari (takut dilempar
batu). Jendela kali ini dibuka (kali ini agak pinter mikirnya), seperti biasa
lagi-lagi kosong tidak ada jejak yang tersisa. Mereka sepertinya mulai tidak
tenang, terbukti dengan kegaduhan yang kami dengar perihal ketokan misterius
yang mereka alami. Saya kira keadaan semakin mencekam untuk mereka, apalagi
hal-hal yang berbau mistis masih melekat kuat di kalangan masyarakat pedesaan.
Berikutnya, untuk ketiga kalinya saya
melancarkan aksi dengan mengetuk jendela kembali 'Tok.....'Tok.......'Tok. Kali
ini saya tidak lari dan berdiri di depan jendela, BERDIRI bak POCONG , melotot
n kaku. Apa reaksi mereka, ketika tiba-tiba melihat sosok putih yang
diasosiasikan pocong, mukanya putih, malam jum'at pula. “whoaaaaaaa .... Mereka histeris sejadi-jadinya,
apalagi orang yang kebetulan membuka pintu. Saya paham mereka juga penasaran dengan
sosok yang mengetuk, terlihat dari caranya yang sigap dalam membuka jendela.
Tapi apa yang terlihat tidak sesuai diharapkan. Alih-alih memergoki si tukang
usil malah yang nampak pocongan. Saking histerisnya, sampai ia berteriak “Po...Po...Pocoooooonggg, hoooaaaaa” (sumpah tidak bohong , cuman ditambahin efek sedikit, hehehe).
Saya masih mendengar mereka panik
sejadi-jadinya, sehingga saya jadi leluasa untuk jingkrak-jingkrak ninggalin
mereka sambil menahan tawa ngikik bersama ketiga temen saya. Dari tempat
persembunyian yang aman, kami mengawasi reaksi mereka. Lamaaaa sekali tidak ada
yang keluar rumah untuk meriksa keadaan (iyalah, panik kan musuh utama
keberanian). Sementara saya dari jauh bersama temen-temen sudah ketawa
cekikikan liat polah mereka. “YES.......sukses” kata saya. Kami pun pulang ke rumah dan
menikmati kemenangan kami.
***
Keesokan harinya, saya seolah-olah tidak mengetahui kejadian semalam dan secara
wajar berkumpul dengan korban saya. Mereka bercerita mengenai perihal POCONG yang
semalam mereka alami, dan tidak tanggung-tanggung mereka langsung sampaikan ke
ketua RW (eh buset, ... jadi serius). Malah sampai hendak diadain ronda segala.
Waduh, saya dan temen-teman jadi takut kan kalau harus mengaku dosa. Alhasil sampai saat ini tuh korban tidak tahu
kalau peristiwa pocong yang menggemparkan adalah hasil dari kenakalan kami
hihihi.
Tapi rahasia kan tidak boleh disimpan sampai mati, nanti saya bisa-bisa gentayangan
dan malah jadi pocong beneran. So, saya putuskan untuk menulis pengakuan dosa
di blog saja. Kan sudah tidak ada rahasia lagi ya, apalagi selama ini (sebelum
nulis cerita) saya sudah cukup kena kutukan soalnya, itu loh.....ketawa kalo
inget cerita ini. Pokoknya di mana tempat, kalo inget pasti ketawa (tapi pelan
kok ketawanya, kan sudah berobat jalan sewaktu kuliah). Buat teman saya yang tidak
boleh disebut namanya (takut kualat), maafin saya ya. Kalo kamu baca blog ini,
nanti misteri teka-teki pocong selama bertahun-tahun yang lalu bakal bakal
terbongkar deh, wheheheheehe. Piss ya..........bukan pipis ^_^
# Salam jahil
Komentar
Posting Komentar