FILSAFAT

Mata kuliah ini sebenernya mata kuliah wajib buat kami mahasiswa Magister, namanya Filsafat Ilmu. Awalnya sumpah ini menurut kami mata kulaih paling menyiksa sepanjang sejarah keilmuan, apa boleh dikata sebab mata kuliah filsafat adalah nenek dari kakek moyangnya segala ilmu. Kami para mahasiswa menduga bahwa mata kuliah ini akan sangat menyebalkan dan itu terbukti. Perkuliahan awal, malaikat pencabut nyawa mengangkat seperempat nyawa kami so kami merasa mengantuk luar biasa (kayaknya lebay ya ??).

Hari berikutnya reaksi yang kami  perlihatkan sama "menjengkelkan" sekali mata kuliah ini, bahkan ada diantara kami yang seperti anggota dewan "tertidur"  saat dosen menerangkan materi. Tapi itu permulaanya, berikutnya kami tersihir dengan cara dosen menerangkan bagaimana berfilsafat dan apa itu filsafat. 
Kami dibagi kedalam beberapa kelompok untuk membahas setiap bab dalam masing-masing pokok bahasan. Hal semacam ini membuat kami mau tidak mau harus mempelajari dan memahami apa yang dimaui dalam bahasan tersebut. Sihir sang legenda ilmu terus menghantui, apalagi senyum dosen kami (Pak Michael Dua) seperti yang diungkapkan oleh beberapa teman sangat menyihir dan begitu berwibawa. Ditambah teknik ujian yang di terapkan oleh beliau adalah Ujian Lisan. Makin cinta lah kami dengan mata kuliah ini.

Hari ini adalah jadwal kelompok kecil kami untuk maju menjelaskan tentang Epistemologi Anarki yang digagas oleh Paul Feyerabend. Al kisah, kami merasa tertarik dengan bahasan ini. Apalagi sang tokoh adalah ilmuwan yang menentang keras teknik/metode konvensional yang saat itu sampai saat ini sangat diagung-agungkan oleh kaum Positivistik (metode Observasi dan Eksperimen). Sang tokoh juga mengkritik gurunya (Karl Popper) yang memperkenalkan Falsifikasi (mencari titik lemah) sebagai satu-satunya Metode ilmiah untuk menguji sebuah teori. Sampai akhirnya Feyerabend memperkenalkan prinsipnya dalam buku yang dia karang "Agaist Method". Dalam buku tersebut, dia mengungkapkan suatu prinsip yang sangat unik, "Anything Goes" atau lakukan menurut kata hati/ kehendakmu.

Sang ilmuwan juga harus membebaskan diri dari belenggu metodologi konvensional yang hanya menganggap observasi dan eksperimen sebagai satu-satunya tools yang mutlak dalam mencapai kebenaran tanpa adanya pertimbangan pemikiran dari sang ilmuwan itu sendiri. Menurut Feyerabend, sebuah hipotesa atau teori baru, tidak harus memenuhi seluruh elemen dari teori lama karena hal tersebut hanya akan menyebabkan teori lama dipertahankan daripada mencari teori yang benar. Mempertahankan teori lama akan mempersempit pemikiran sehingga tidak bisa membuka lahan teori baru dan mengarahkan ilmu pengetahuan pada subyektivitas, sentimen atau prejudis. Seperti halnya teori kuantum yang pada awalnya ditentang bahkan oleh Einstein ("God does not play dice"), karena implikasi teori ini menyebabkan ketidakpastian yang sangat mengganggu pikiran.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Panji: Representasi Laku Orang Jawa

HEBOH : SULIT TIDUR